Kamis, 20 September 2012
Seketika aku pergi,
atap dunia mulai gelap.
Ku susuri jalan,
pohon-pohon mungil itu merontokkan dedaunan,
yang nampak indah dinikmati indraku.
Seketika pula aku teringat akan dirimu,
Meski tengah jauh dariku,
namun kesangsian masih saja membalut hatiku.
Apakah mungkin sama?
Aku tak mau banyak berharap.
Walau hanya mampu mengagumi,
dan menyimpan rasa,
aku pun tlah bahagia.
Meski pernah suatu ketika,
organ yang penuh rasa ini remuk karenanya.
Aku pikir ini semua hanya imajinasi,
selepas ku simak cerita teman dekatku.
Aku masih tak mempercayainya,
hingga sekarang.
Andai Allah tak akan pernah mengungkapkan
apa yang terbenam di sudut hati ini,
aku pun akan tetap bahagia,
karena berhasil menyimpannya rapih.
Andai juga bukan kau,
aku pun tak mengapa.
Pilihan Allah itu terbaik di atas segalanya.
Melihat kau bahagia,
akupun akan bahagia meski teriris luka.
Sesuatu ini begitu suci,
begitu murni,
sangatlah indah agar slalu ku jaga hingga saatnya.
Aku pun terus percaya,
di sudut sini aku berbuat hal nan elok,
kau pun memperbuatnya di sudut sana.
Hanya saja Allah belum menemukan antara sudut ke sudut.
Meski tak jarang kerinduan memvonis anganku,
keyakinan itu akan slalu ku jaga.
Lihatlah aku!
Seperti apa upayaku 'tuk menjaganya,
meski aku malu kepada-Nya,
atas ketidaksempurnaan ini.
Arus yang begitu deras mengajakku hanyut.
Namun aku masih teringat satu nama,
yang terangkai indah di pintu hati.
Apapun itu,
kau tak mungkin menyadarinya.
Aku sepeti inilah adanya.
Menyimpan impian dalam benak,
memperjuangkannya semampu hingga ku terkapar akhirnya.
Meski sekeras ini kemauanku,
aku yakin pasti akan berbuah indah.
Aku takkan menyerah!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar